Powered By Blogger

Friday 23 March 2012

NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Neraca Pembayaran Internasional
Neraca pembayaran internasional biasa didefinisikan sebagai suatu ikhtisar atau catatan sistematis yang berisi hubungan ekonomi atau transaksi antarpenduduk dari suatu Negara dengan Negara lainnya yang dinilai dalam mata uang pada kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun.
Seperti dijelaskan diatas bahwa neraca pembayaran suatu negara mencatat transaksi yang dilakukan oleh penduduknya dengan penduduk negara yang lain. penduduk disini dalam artian adalah :
1.      Orang perorangan/individu
Orang perorangan yang tidak mewakili pemerintah suatu negara (misalnya para turis) dianggap sebagai penduduk di mana mereka mempunyai tempat tinggal tetap atau tempat dimana mereka memperoleh center of interest.
2.      Badan hukum
Suatu Badan Hukum dianggap sebagai penduduk dari negara dimana Badan Hukum tersebut memperoleh status sebagai Badan Hukum. Cabang-cabangnya yang ada di luar negeri dianggap sebagai penduduk luar negeri.
3.      Pemerintah
Badan-badan pemerintah adalah jelas sebagai penduduk dari negara yang diwakilinya. Misalnya, para diplomat kedutaan besar dianggap sebagai penduduk dari negara yang mereaka wakili. Transaksi yang mereka adakan di negara lain merupakan transaksi ekonomi internasional.

B.     Tujuan Neraca Pembayaran Internasional
Penyusunan neraca pembayaran mempunyai beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut :
1.      Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil langkah-langkah di bidang ekonomi. Bidang ekonomi di sini termasuk ekspor dan impor, hubungan utang piutang, hubungan penanaman modal, dan hubungan lainnya yang menyangkut neraca pembayaran.
2.      Sebagai bahan pertimbnagan bagi pemerintah untuk mengambil kebijkan di bidang moneter dan fiscal.
3.      Sebagai bahan pertimbnagan  bagi pemerintah untuk mengetahui pengaruh hubungan ekonomi internasional terhadap pendapatan nasional.
4.      Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakn di bidang politik perdagangan Internasional. 
C.    Pos-pos Neraca Pembayaran
1.      Pos Transaksi Dagang
Pos transaksi dagang mencatat seluruh ekspor dan impor barang dan jasa. Impor barang dan jasa dicatat di sebelah debet, sedangkan ekspor barang dan jasa dicatat di sebelah kredit. Apabila pos ini meliputi barang-barang yang berwujud atau nyata disebut sebagai transaksi dagang nyata (visible trade transaction), sebaliknya jika meliputi barang-barang yang tidak nyata atau transaksi jasa (invisible trade transaction). Contohnya ekspor kopi Indonesia ke luar negeri dijumpai dalam pos transaksi dagang yang nyata pada sebelah kredit neraca pembayaran Indonesia. Sebaliknya apabila orang Malaysia yang menaiki pesawat Garuda Indonesia Airways dari Kuala Lumpur ke Jakarta, pos transaksinya termasuk dalam transaksi jasa di sebelah kredit.
Dalam pos transaksi jasa (invisible trade transaction) termasuk juga biaya-biaya transport lainnya dan semua pengeluaran turis asing. Transaksi jasa lainnya ialah langganan publikasi-publikasi luar negeri, sewa tanah, dan sewa bangunan. Impor ekspor emas sebagai barang dagangan yang biasanya dipergunakan untuk bahan pembuatan perhiasan dimasukkan ke dalam pos transaksi dagang yang nyata, sebaliknya impor ekspor emas dalam arti moneter atau berfungsi sebagai uang tidak akan dimasukkan ke dalam pos transaksi dagang yang nyata, tetapi akan dimasukkan ke dalam pos tersendiri.
Dalam pos transaksi dagang nyata (visible trade transaction) termasuk pula pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang belum termasuk dalam pos-pos lainnya, seperti gaji pegawai asing di luar negeri.
2.      Pos Pendapatan Modal
Pos pendapatan modal (income on investment) adalah semua transaksi penerimaan hasil modal penduduk yang ditanam di luar negeri mereka, dan penerimaan pendapatan oleh penduduk negara lain yang menanam modalnya di dalam negeri kita. Umumnya berbentuk keuntungan deviden dan bunga. Keuntungan, dividen dan bunga yang diterima dari hasil penanaman modal di luar negeri dalam neraca pembayaran akan terlihat pada transaksi kredit, dalam pos pendapatan modal. Sebaliknya, keuntungan, deviden dan bunga yang dikirim ke luar negeri, sebagai hasil dari penanaman modal di dalam negeri kita, akan ditemui dalam transaksi debet pada pos pendapatan modal.
3.      Pos Transaksi-transaksi Unilateral
Transaksi unilateral (unilateral transaction), antara lain termasuk di dalamnya hadiah (gift), bantuan (aids), dan transfer unilateral (unilateral transfer).
a.    Transaksi hadiah berbeda dengan transaksi lain. Transaksi ini tidak mengakibatkan timbulnya kewajiban bagi si penerima untuk membayar harga hadiah yang telah diterima tersebut. Begitu juga bagi si pemberi hadiah, transaksi penyerahan barang tidak menimbulkan hak baginya untuk menerima pembayaran. Transaksi yang tidak menimbulkan hak dan kewajiban ini disebut sebagai transaksi unilateral (unilateral transaction), atau sering pula disebut sebagai transaksi sepihak (one way transaction), atau “transaksi tanpa quit pro quo”, dimana suatu prestasi tidak diimbangi dengan prestasi balasan.
b.    Bantuan (aids) yang sering kita jumpai dalam pemberitaan media massa, seperti bantuan makanan dan obat-obatan ke negara-negara tertentu yang sedang dilanda bencana alam juga termasuk transaksi sepihak.
c.    Pos transaksi transfer unilateral adalah pos pengimbang dari transaksi unilateral atau transaksi sepihak. Untuk mengimbangi transaksi sepeihak debet atau kredit, maka pos transfer akan menjadi debet dan kredit.
4.      Pos Penanaman Modal Langsung
Yang tergolong dalam pos penanaman modal langsung (direct investment), ialah seluruh transaksi yang berhubungan dengan jual beli saham atau perusahaan antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain, termasuk dalam hal ini adalah penanaman modal langsung oleh penduduk suatu negara seperti mendirikan perusahan baru di negara lain.
Bila terjadi pembelian saham atau pembelian perusahaan oleh penduduk suatu negara dari penduduk negara lain, maka pos penanaman modal langsung akan di debet. Sebaliknya akan di kredit jika terjadi penjualan saham kepada penduduk negara lain atau ada penduduk negara lain yang mendirikaan perusahaan di dalam negeri.
5.      Pos Hutang Piutang Jangka Panjang
Pos hutang piutang jangka panjang (long term loan), meliputi kredit yang jangkanya lebih dari satu tahun. Termasuk juga di dalamnya jual beli surat obligasi antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. Penjualan obligasi oleh penduduk Indonesia kepada penduduk negara lain, akan terlihat dalam pos hutang piutang jangka panjang dalam neraca pembayaran Indonesia di sebelah kredit, sebaliknya akan terlihat di debet pos hutang piutang jangka panjang apabila penduduk Indonesia membeli obligasi dari penduduk negara lain. Pos hutang piutang jangka panjang ini dipisahkan menjadi dua bagian:
a.    Pos hutang piutang jangka panjang pemerintah (official long term loan)
b.    Pos hutang piutang jangka panjang swasta (private long term loan)
6.      Pos Hutang Piutang Jangka Pendek
Hutang piutang jangka pendek (short term loan) merupakan kredit yang jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun. Umumnya terdiri dari penarikan dan pembayaran surat-surat wesel. Hal-hal lainnya sama dengan pos hutang piutang jangka panjang. Pos hutang piutang jangka pendek sering diusahakan menjadi:
a.    Pos hutang piutang jangka pendek pemerintah (official short term loan)
b.    Pos hutang piutang jangka pendek swasta (private short term loan)
7.      pos Sektor Moneter
Pos sektor moneter (monetary sector) atau biasa disebut lalu-lintas moneter (Monetary Acomodating) pada dasarnya adalah transaksi-transaksi pembayaran. Pembayaran itu meliputi pembayaran-pembayaran terhadap transaksi-transaksi yang tercatat dalam rekening berjalan (current account), seperti transaksi-transaksi perdagangan, pendapatan modal dan transfer unilateral. Di samping itu termasuk pula transaksi-transaksi penanaman modal langsung (investment account), seperti hutang piutang jangka panjang dan hutang piutang jangka pendek bukan moneter. Jika pengeluaran current account dan investment account lebih besar dari penerimaan pada current account dan investment account, maka akan terdapat suatu perbedaan tersebut merupakan defisit yang harus ditutup dengan saldo kredit pada pos sektor moneter (monetary sector) atau sering juga disebut sebagai neraca pembayaran sektor moneter (monetary sector account).
Biasanya dalam neraca pembayaran sektor moneter ini terdiri dari :
a.       Bank Sentral
(1)   Hubungan dengan Dana Moneter Internasional (IMF)
(2)   Kewajiban-kewajiban jangka pendek
(3)   Mutasi cadangan devisa
(4)   Mutasi cadangan emas moneter
b.      Bank-bank Devisa
(1)   Kewajiban-kewajiban jangka pendek
(2)   Mutasi cadangan devisa
Pos hubungan dengan Dana Moneter Internasional akan terdapat jika cadangan pada badan tersebut dan saldo hak dari SDR (Special Drawing Right) mengalami perubahan. Kerjasama antar bank sentral berbagai negara akan membantu memecahkan kesulitan-kesulitan likuiditas luar negeri negara-negara anggota yang sangat mendesak dan berjangka pendek, hal ini dapat dilakukan dengan fasilitas-fasilitas yang disebut swap. Transaksi-transaksi swap ini akan dicatat pula dalam kewajiban-kewajiban jangka pendek.
Mutasi cadangan devisa merupakan pos dimana dicatat transaksi-transaksi penerimaan dan pemakaian valuta asing. Baik untuk bank sentral maupun untuk bank-bank swasta, penerimaan valuta asing dari luar negeri akan merupakan transaksi debet, sedangkan pemakaian valuta asing ke luar negeri merupakan transaksi kredit pada masing-masing pos.
Dalam pos mutasi cadangan emas moneter dicatat perubahan-perubahan yang terjadi pada besarnya cadangan emas moneter. Yaitu gold out flow atau aliran emas ke luar negeri dicatat sebagai kredit, sedangkan gold in flow atau aliran emas ke dalam negeri dicatat di sebelah debet.

8.      Pos Selisih Perhitungan (Errors and Omissions)
Pos ini merupakan pos penyeimbang apabila nilai transaksi-transaksi kredit tidak sama dengan nilai transaksi-transaksi debet. Dengan adanya pos selisih perhitungan ini, maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debet dalam neraca pembayaran internasional akan selalu sama (balance).

D.    Beberapa Pengertian “Balance” dalam Neraca Pembayaran Internasional
Konsep “balance” dalam neraca pembayaran mempunyai arti yang berbeda-beda. Pada dasarnya ada empat pengertian balance.
1.      Basic Balance
Basic balance terdiri dari balance dalam transaksi yang sedang berjalan (current account balance) ditambah dengan transaksi modal jangka panjang. Basic balance akan berubah-ubah apabila terjadi perubahan prinsipil dalam perekonomian seperti perubahan harga, kurs valuta asing dan pertumbuhan ekonomi. Perubahan dalam basic balance akan tercermin dalam perubahan aliran modal jangka pendek dan selisih perhitungan (Errors and Ommissions). Dengan demikian, basic balance memberikan informasi tentang akibat perubahan perkonomian terhadap neraca pembayaran, yaitu akibatnya terhadap aliran modal jangka pendek. Menurut pandangan ini, dalam jangka panjang basic balance akan menjadi nol.
2.      Basic Transaksi “Autonomous”
Balance ini terdiri dari basic balance ditambah dengan aliran modal jangka pendek. Dalam hal ini pemerintah seharusnya lebih memperhatikan balance transaksi autonomous yang diimbangi dengan transaksi reserves pemerintah dan selisih perhitungan daripada basic balance sebab kenyataanya aliran modal jangka pendek jarang sekali sama dengan nol. Defisit atau surplus suatu neraca pembayaran dilihat dari balance transaksi autonomous yang kemudian tercermin dalam transaksi accomodating yaitu aliran modal pemerintah jangka pendek.
Transaksi accomodating merupakan transaksi yang timbul sebagai akibat dari adanya transaksi lain sedangkan transaksi autonomous merupakan transaksi yang muncul dengan sendirinya tanpa dipengaruhi oleh transaksi lain. yang termasuk dalam transaksi autonomous adalah transaksi sedang berjalan, transaksi kapital dan transaksi satu arah. Ketidakseimbangan antara transaksi autonomous debit dan kredit menimbulkan transaksi lalu lintas moneter seperti misalnya mutasi dalam hubungan dengan IMF, pasiva luar negeri serta aktiva luar negeri. Defisit atau surplus suatu neraca pembayaran dapat diketahui dari transaksi autonomous tersebut.
3.      Liquidity Balance
Konsep liquidity balance ini dikembangkan di Amerika Serikat untuk mengukur posisi neraca pembayarannya. Perbedaannya dengan balance autonomous adalah dalam perlakuan terhadap pemilikan kekayaan (assets) jangka pendek. Kekayaan asing (seperti surat berharga jangka pendek atau deposito bank) yang dimiliki oleh penduduk Amerika diperhitungkan sebagai faktor yang mempengaruhi ketidakseimbangan neraca pembayaran. Liquidity balance bersama basic balance dan selisih yang diperhitungkan merupakan faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan neraca pembayaran. Sebaliknya, kekayaan jangka pendek Amerika yang dimiliki oleh penduduk lain dianggap sebagai sumber pembiayaan ketidakseimbangan yang timbul dalam neraca pembayaran.
4.      Balance Transaksi Pemerintah Jangka Pendek
Konsep ini juga berkembang di Amerika Serikat. Menurut konsep ini, neraca pembayaran terdiri dari penjumlahan basic balance, selisih yang diperhitungkan dan rekening modal jangka pendek (sesudah dikurangi dengan modal Amerika jangka pendek yang dimiliki oleh lembaga moneter negara lain). Ketidakseimbangan yang timbul dalam neraca pembayaran diseimbangkan dengan cadangan modal pemerintah serta modal pemerintah jangka pendek yang dimiliki oleh lembaga moneter asing.

E.     Beberapa Sumber Neraca Pembayaran Indonesia
Neraca pembayaran luar negeri Indonesia dapat diperoleh dari penerbitan resmi, antara lain :
1.      Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diterbitkan setiap tahun sekali untuk masing – masing tahun anggaran oleh Departemen Keuangan Republik Indonesia.
2.      Bank Indonesia : Laporan Tahun Pembukuan, yang diterbitkan setiap tahun sekali untuk masing – masing tahun anggaran oleh Bank Indonesia.
3.      Statistik Ekonomi – Keuangan Indonesia, yang diterbitkan dua bulan sekali oleh Bank Indonesia.
4.      Statistik Indonesia : Statistical Yearbook of Indonesia, yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik setahun sekali.
5.      Indikator Ekonomi, yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik sebulan sekali.
Namun perlu diingat bahwa neraca-neraca pembayaran yang diterbitkan oleh berbagai penerbit resmi tersebut di atas susunan dan angka – angkanya tidak selalu sesuai. Perbedaan – perbedaan tersebut kemungkinan merupakan akibat :
1.      Penggunaan dasar waktu yang berbeda.
2.      Penggunaan sistematika yang berbeda.
3.      Perbedaan sumber statistik yang dipakai.
4.      Perbedaan – perbedaan yang timbul disebabkan karena angka yang satu masih merupakan angka sementara, sedangkan angka yang lainnya merupakan angka yang sudah diperbaiki.
Dari segi bentuk susunannya neraca pembayaran yang termuat dalam Laporan Tahunan Bank Indonesia merupakan neraca pembayaran yang bentuknya paling sesuai dengan bentuk yang disarankan oleh lembaga moneter dunia yaitu  International Monetary Fund (IMF).

F.           Masalah Dalam Analisis Neraca Pembayaran
Basic balance, balance transaksi autonomous, liquidity balance, dan balance transaksi pemerintah jangka pendek merupakan hal yang sangat membantu di dalam analisis suatu neraca pembayaran. Namun sangat sukar untuk menentukan konsep balance yang relevan karena setiap konsep balance menunjukkan aspek yang berbeda, misalnya untuk pengambilan keputusan bagi pemerintah.

Beberapa masalah yang timbul dalam analisis neraca pembayaran:
1.      Sering mengabaikan saling hubungan antara transaksi internasional yang satu dengan yang lain, sehingga ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran diasosiasikan dengan satu transaksi saja tanpa melihat hubungannya denagn yang lain.
2.      Surplus dalam transaksi yang sedang berjalan sering dianggap baik, sebaliknya jika mengalami deficit maka akan dianggap jelek. Anggpan semacam ini tidak selalu benar. Sebagi contoh, Amerika sErikat, penerimaan keuntungan dari investasi luar negerinya lebih besart daripadainvestasinya. Untuk mengimbangi aliran keuntungan yang masuk, maka transaksi yang sedang berjalan harus deficit. Dalam hal ini, bahwa deficit tidak selalu buruk.
3.      Keputusan untuk member bantuan seharusnya lebih didasarkan pada kekuatan ekonomi Negara secara keseluruhan bukan atas dasra pertimbangan neraca pembayaran. misalnya, Indonesia mempunyai surplus neraca pembayaran dan inggris menaglami deficit, tidak berarti Indonesia harusmemberi bantuan pada Inggris.
G.    Analisis Neraca Pembayaran
1.      Analisis Negara Debitur dan Negara Kreditur
 Analisis Negara Debitur dan Negara Kreditur dilakukan dengan cara membandingkan nilai kekayaan penduduk suatu negara yang tertanam diluar negeri dengan nilai kekayaan penduduk negara lain yang tertanam didalam perekonomian negara tersebut, maka kita dapat membedakan antara negara yang memiliki status negara kreditur dan negara kreditur. Negara kreditur atau creditor country merupakan jumlah nilai kekayaan dalam artian luas, yaitu meliputi semua harta benda yang dimiliki suatu negara secara langsung, pesertaan modal dan semua piutang dimana nilai kekayaan negara tersebut melebihi seluruh kekayaan yang tertanam di negara asing. Sedangkan negara debitur atau debtor country yaitu apabila suatu negara memiliki jumlah nilai kekayaan penduduk yang tertanam diluar negeri lebih kecil dibandingkan dengan jumlah nilai kekayaan negara lain yang tertanam di negara tersebut.
Pendapatan yang diperoleh penduduk suatu negara sebagai hasil yang diperoleh dari penanaman modal diluar negeri tertampung dalam pos pendapatan modal atau income on investment. Oleh karena itu nilai kredit pada pos pendapatan modal merupakan pendapatan yang diperoleh penduduk suatu negara sedangkan nilai debit pada pos pendapatan modal merupakan pendapatan yang diperoleh investor asing dari penanaman modalnya didalam negara. Untuk lebih memperjelas akan diuraikan sebagai berikut :
a.       Apabila pos pendapatan modal sebuah neraca pembayaran memiliki saldo kredit maka negara tersebut merupakan negara kreditur
b.      Apabila pos pendapatan modal memiliki saldo debit maka negara tersebut merupakan negara debitur
2.      Analisis Investasi Luar Negeri
Apabila analisis status debitur-kreditur suatu Negara disebut sebagai analisis jangka panjang, maka analisis investasi luar negeri dikategorikan sebagai analisis jangka pendek.
            Untuk menganalisis investasi luar negeri pos-pos neraca pembayaran digolongankan sebagai berikut :
              I.     Saving Accounts :
1.      Perdagangan (barang dan jasa)
2.      Pendapatan modal
3.      Transaksi-transaksi unilateral
           II.     Investment Accounts :
4.      Penanaman modal langsung
5.      Hutang-piutang jangka panjang
6.      Hutang-piutang jangka pendek
        III.     Cash Accounts :
7.      Sektor moneter
Sesudah pos-pos neraca pembayaran kita golongankan seperti diatas, maka selanjutnya meneliti saldo-saldo dari kelompok pos-pos tersebut. Pertama kita perhatikan saldo investment accounts. Investment accounts yang memiliki saldo debit menunjukkan bahwa Negara tersebut melakukan foreign investment. Sebaliknya jika  investment accounts memiliki saldo kredit menunjukkan Negara tersebur melakukan foreign disinvestment.
Foreign investment yang dibarengi oleh foreign saving, yaitu saldo kredit pada saving account, memiliki tendensi untuk bisa bertahan lama. Sebaliknya jika foreign investment dibarengi oleh foreign dissaving yaitu saldo debit pada saving account, dapat diramalkan bahwa foreign investment tersebut tidak akan bertahan lama. Saldo debit pada investment accounts yang dibarengi oleh debit pada saving account pasti disertai dengan kreditnya saldo cash account. Kreditnya saldo cash account yang dinamakan foreign dishoarding. Foreign dishoarding berupa penurunan cadangan internasional Negara tersebut. Jika Negara tersebut mengalami foreign dishoarding terus menerus maka cadangan internasional akan turun terus menerus yang pada akhirnya cadangan tersebut tidak dapat dikurangi lagi, dimana foreign investment tidak mampu lagi dipertahankan.
Saldo kredit investment account menunjukkan adanya capital inflow atau impor capital netto dan saldo debit investment account menunjukkan besarnya capital outflow yang disebut adanya ekspor modal netto, maka dapat dipahami bahwa saldo kredit investment account tendensinya mengakibatkan meningkatnya nilai saldo debit atau menurunnya nilai saldo kredit pos pendapatan modal. Sebaliknya dengan saldo debit investment account yaitu tendensinya akan mengakibatkan meningkatnya saldo kredit atau menurunnya saldo debit pos pendapatan modal.
3.      Analisis Debt-Service Capacity
Debt service capacity analysis atau analisis daya kemapuan pemenuhankewajiban hutang luar negeri dimanfaatkan oleh Negara-negara kreditur dalam mempertimbangkan pemberian pinjaman luar negeri, khususnya pinjaman yang diberikan kepada Negara-negara yang sedang berkembang. Analisis semacam ini sangat perlu karena pengalaman menunjukkan jumlah Negara yang sedang berkembang yang pernah mengalami ketidakmampuan memnuhi kewajiban membayar bungan dan angsuran pinjaman kepada Negara lain dikatakan cukup banyak.
Tingginya daya kemampuan suatu Negara dalam memenuhi kewajiban-kewajiban luar negeri yang timbul akibat dari pinjamana luar negeri merekan dapat diukur dengan menggunakan Debt-servcing capacity indicator (DSC) adalah indikator-indikator daya pemenuhan kewajiban hutang luar negeri, sedangkan debt service adalah jumlah bunga pinjaman dan cicilan yang harus dibayar oleh penduduk Negara lain untuk kurun waktu neraca pembayaran.
Indikator yang paling sering digunakan adalah :
a.       Debt service to exports ratio
Merupakan angka banding antara nilai debt service dengan nilai export total. Semakin tinggi angka banding, semakin rendah daya kemampuan suatu Negara dalam melunasi kewajiban-kewajiban  luar negerinya.
b.      Imports to reserve ratio
Angka banding antara nilai impor dengan cadangan luar negeri. Tingginya angka ini menunjukkan kecilnya cadangan valuta asing yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kewajiban luar negri yang sudah jatuh tempo.
c.       Outstanding debt to current amortization ratio
Angka banding pinjaman luar negeri yang dimiliki oleh suatu Negara terhadap besarnya cicilan, semakin tinggi nilai indicator DSC ini semakin tinggi resiko pemberian pinjaman kepada Negara.
d.      Debt service to capital inflow ratio
Yaitu jika masuknya modal ke dalam negeri dapat dipergunakan untuk menutup neraca perdagangan yang defisit maupun juga untuk menutup kewajiban membayar bunga dan cicilan hutang luar negeri.
e.       Import to GNP ratio
Yaitu angka banding nilai import terhadap nilai produk nasional bruto. Tingginya  nilai indicator ini menunjukkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sangat menggantungkan pada tersedianya barang dan jasa luar negeri.
f.       Tingkat pertumbuhan eksport
Meningkatnya nilai ekspor berarti penerimaan devisa juga akan meningkat yang dapat digunakan  untuk membayar debt service.
g.      Fluktuasi Ekspor
Fluktuasi nilai maupun volume ekspor komoditi yang satu dengan komoditi yang lain itu berbeda-beda. Sifat lebih tingginya fluktuasi ekspor dapat menunjukkan lebih rendahnya debt servicing capacity suatu Negara.
h.      Tingkat Pertumbuhan produk domestik perkapita
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan produk domestik perkapita semakin besar juga proposi pendapatan untuk konsumsi sehingga proposi yang diperuntukkan untuk melunasi kewajiban masyarakat dalam melunasi bunga dan pengembalian pinjaman dalam dan luar negeri meningkat.

H.     ANALISIS EKUILIBRIUM-DISEKUILIBRIUM NERACA PEMBAYARAN
 Konsep keseimbangan (equilibrium) dalam ilmu ekonomi sudal lama dipakia dalam berbagai bidang analisa ekonomi, demikian juga sebaliknya konsep ketidakseimbangan (disequilibrium). Keseimbangan dalam neraca pembayaran sering digambarkan sebagai suatu masa depan yang cerah, menanamkan rasa kepastian dengan penuh harapan dalam perekonomian.
Dalam pengertian tata buku neraca pembayaran selau seimbang, dimana jumlah nilai debet sama dengan jumlah nilai kredit. Dari sisi ekonomi keseimbangan itu sendiri yaitu dimana pos-pos neraca pembayaran dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama. Keadaan ini dimungkinkan bila penerimaan luar negeri keseluruhannya seimbang dengan pengeluaran luar negeri. Dengan demikian keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan yang berarti dinamis, bahw dri waktu ke waktu atau dalam jangka waktu yang cukup panjang keseimbangan itu semakin membaik. Dalam suatu transaksi dikenal dengan istilah transaksi otonom dan transaksi kompensasi. Dimana transaksi otonom itu sendiri berarti transaksi dengna motif profit, timbul dengan sendriinhya bukan timbul sebagi akibat transaksi lain. Sedangkan transasksi kompensasi adalah transaksi pelengkap dari transasksi lain.
Kemudian untuk keadaan dimana neraca pembayaran tidak seimbang (disequilibrium) apabila susunan nilai dari pos-pos dalam neraca pembyaran tersebut tidak dapat berahan lama secara wajar dan haromonis, tapi berubah-rubah naik dan turun.Kemampuan beli luar negeri suatu  negara ditentukan oleh besarnya peneriaman luar negeri dan besarnya cadangan internasional yang dimiliki. Bila jumlah seluruh penerimaan luar negeri yang dimiliki kecil dari jumlah seluruh pengeluaran luar negeri, maka cadangan internasional akan turun, karena sebagian kan mengalir ke luar negeri untuk menutup perbedaan diatas. Bila penrunan cadangan ini berlangsung terus menerus, akibanya negara akan kehabisan cadang internasionalnya. Kalau cadangan sudah terpakai habis, maka sulitlah bagi negar itu untuk mempertahankan nilai pos-pos seperti sebelumnya. Dan susunan nilai-nilai itu akan mengalami perubahan-perubahan. Keadaan inilah yang disebut suatau neraca pembayaran tidak seimbang (disequilibrium).
Kebutuhan untuk mengetahui neraca pembayaran sangat dibutuhkan dengan segera, akan tetapi pad
a kenyataannya transaksi yang berlangsung berjalan dalam jangka waktu yang cukup lama, maka dari itu untuk mempermudah mengetahui keseimbangan ada beberapa konsepsi-konsepsi lain untuk mengetahui surplus defisitnya suatu neraca pembayaran, antara lain konsepsi saldo transaksi dasar, konsepsi saldo likuiditas bruto, konsepsi saldo transaksi cadangan resmi, konsepsi saldo likuiditas ntto, konsepsi transaksi jangka pendek, dan konsepsi saldo transaksi moneter.
1.      Konsepsi Saldo Transaksi Dasar
Mempunyai nama asli Basic Balance Concept, dengan cara pengelompokan pos – pos sebagai berikut :
a.       Saldo Barang – barang dan Jasa – jasa
b.      Saldo Transaksi Unilateral
c.       Saldo Modal Jangka Panjang
d.      Selisih Yang Tidak Diperhitungkan
e.       Saldo Modal Jangka Pendek
f.       Saldo Cadangan Moneter
2.      Konsepsi Saldo Likuiditas Bruto
Mempunyai nama asli Gross Liquidity Balance Concept,dengan cara pengelompokan pos – pos sebagai berikut :
a.       Saldo Dasar ( = Basic Balance)
b.      Saldo Modal Jangka Pendek swasta domestik
c.       Saldo pinjaman komersial asing
d.      Selisih yang tidak doperhitungkan
e.       SALDO Modal Jangka Pendek Swasta Asing (kecuali kredit komersial)
f.       Saldo Cadangan Moneter
3.      Konsepsi Saldo Transaksi Cadangan Resmi
Mempunyai nama asli Balance on official reserve transaction concept. dengan cara pengelompokan pos – pos sebagai berikut :
a.       Saldo likuiditas bruto
b.      Saldo modal jangka pendek swasta asing (kecuali hutang – hutang komersial)
c.       Saldo modal jangka pendek pemerintah asing, meliputi di dalamnya pemilikan oleh penduduk negara lain atas surat – surat berharga pemerintah dalam negeri (kecuali modal dan pemilikan surat – surat berharga oleh penguasa – penguasa/ lembaga – lembaga moneter)
d.      Saldo pemilikan modal jangka pendek oleh penguasa/ lembaga – lembaga moneter negara negara lain (meliputi di dalamnya surat – surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah sendiri)
e.       Saldo Cadangan Moneter
4.      Konsepsi Saldo Likuiditas Netto
Nama aslinya adalah Net Liquidity Balance Concept.  dengan cara pengelompokan pos – pos sebagai berikut :
a.       Saldo dasar
b.      Saldo modal jangka pendek swasta yang tidak likuid
c.       Alokasi SDR
d.      Selisih yang tidak diperhitungkan
e.       Saldo modal swasta yang likuid
f.       Saldo transaksi – transaksi cadangan resmi
5.      Konsepsi Saldo Transaksi  Jangka Pendek
Menurut konsepsi ini pos – pos dalam neraca pembayaran luar negeri dikelompokkan sebagai berikut :
a.       Saldo barang – barang dan jasa
b.      Salso transaksi pendapatan modal
c.       Saldo transaksi unilateral
d.      Selisih yang tidak diperhitungkan
e.       Saldo penanaman modal langsung
f.       Saldo hutang piutang jangka panjang
g.      Saldo hutang piutang jangka pendek
h.      Saldo transaksi moneter
6.      Konsepsi Saldo Transaksi Moneter
Menurut konsepsi ini pos – pos dalam neraca pembayaran luar negeri dikelompokkan sebagai berikut :
a.       Saldo barang – barang dan jasa
b.      Salso transaksi pendapatan modal
c.       Saldo transaksi unilateral
d.      Selisih yang tidak diperhitungkan
e.       Saldo penanaman modal langsung
f.       Saldo hutang piutang jangka panjang
g.      Saldo hutang piutang jangka pendek
h.      Saldo transaksi moneter
I.       FLUKTUASI NERACA PEMBAYARAN
Fluktuasi neraca pembayaran disebabkan oleh banyak hal. Sebab-sebab yang menimbulkan fluktuasi ini antara lain ialah perubahan tingkat harga dalam negeri, pergeseran permintaan luar negeri, ketidakstabilan dalam negeri, keadaan struktur produksi, perubahan posisi hutang piutang dengan luar negeri dan juga becana alam.
  1. Perubahan Harga Barang dan Jasa dalam Negeri
Perubahan pertama: harga yang menurun akan menurunkan biaya prduksi. Dengan turunnya biaya poduksi barang dan jasa tesebut, maka barang dan jasa tersebut dapat bersaing di luar negeri. Ekspor akan bertambah dan cadangan internasionalpun akan meningkat. Tentu saja hal ini baru berfungi sekiranya barang-barang impor tidak naik, atau kalau naik dengan prosentase yang lebih rendah dari pada turuny barang ekspor, sehingga jumlah inpoor dapar ditutupi dengan sebagian hasil ekspor. Jadi, impor tidak mengorbankan ekspor yang relative besar.
Perubahan kedua: bilamana perubahan harga barang menaik dalam negeri. Hal ini akan bertendensi menaikkan biaya produksi. Sehingga pada gilirannya akan menaikkan harga barang ekspor. Ekspor akan semakin berkurang, karena tidak dapat bersaing di luar negeri. Kalau ini berlangsung lama dan biaya produksi ekspor tidak dapat diturunkan, maka cadangan akan menurun, sehingga neraca pembayaran akan kembali tidak seimbang.
  1. [Pergeseran Pemintaan luar Negeri
Banyak sekali faktor yang menimbulkan pergeseran  permintaan luar negeri terhadap barang-barang dalam negeri. Diantaranya ialah faktor persaingan luar negeri, perubahan pendapatan diluar negeri dan faktor penawaran negara itu sendiri.
Pergeseran permintaan luar negeri akan cenderung mengurangi ekspor, yang jika berlangsung terus menerus negara bersangkutan akan mengalami kekurangan cadangan devisa dan akhirnya akan menimbulkan ketidakseimbangan neraca pembayaran.
  1. Ketidakstabilan Ekonomi
Ketidakstabilan biasanya ditandai dengan goncangan harga dan kurs yang terus menerus. Hal ini menyebabkan pengusaha luar negeri kehilangan pegangan untuk membaca situasi ekonomi dalam negeri. Kemungkinan goncangan ini disebabkan oleh kondisi politik yang kurang stabil, sehingga sulit meramalkan keputusan politik dalam perekonomian dalam dan luar negeri.  Hal ini akan menyebabkan turunnya ekspor yang akhirnya juga akan menyulitkan neraca pembayaran.
  1. Bencana Alam
Bencanan alam yang cukup besar seperti banjir, gempa bumi, tsunami, serangan hama, penyakit tanaman, iklim dan lain-lain. Hal ini dapat mempengaruhi neraca pembayaran terutama dalam hal produksi.
  1. Keadaan Struktur Produksi
Indonesia merupakan negara agraris, dimana struktur produksinya sangat tergantung pada faktor alamiah, sehingga penawarannya kurang elastis atau malah sama sekali inelastis, oleh karena itu produksi agraris ini sukar untuk menyesuaikan penawaran dengan perubahan permintaan luar negeri. Ekspor tidak bisa ditingkatkan dengan segera bila permintaan luar negeri meningkat, demikian juga sebaliknya jika permintaan luar negeri menurun ekspor dengan segera tidak dapat dibatasi.
  1. Perubahan Posisi Hutang Piutang Luar Negeri
Hutang piutang luar negeri biasanya jangka panjang. Hutang akan menambah cadangan internasional suatu negara. Sebaliknya bagi negara kreditur, pinjaman-pinjaman itu akan mengurangi cadangan internasionalnya. Bila mana jumlah pinjaman itu cukup besar, maka adanya hutang piutang tersebut, akan dapat menyebabkan timbulya ketidakseimbangan neraca pembayaran yang bersangkutan.
Nilai pos – pos dalam neraca pembayaran suatu negara dapat berfluktuasi  dengan cara pola random, musiman, siklis dan trend. Berdasarkan pola fluktuasinya dapat dibedakan tiga macam diseekuilibrium neraca pembayaran internasional, yaitu :
a.       Disekuilbrium neraca pembayaran musiman
Transaksi transaksi ekonomi luar negeri suatu negara besar kecilnya sangat tergantung pada keadaan perekonomian dalam negeri dan juga keadaan perekonomian luar negeri. Kalau keadaan ekonomi dalam hal tingkat pendapatan, permintaan akan barang dan jasa mengalami perubahan, maka transaksi-transaksi luar negeri yang diadakan oleh penduduk dalam negera tersebut akan mengalami perubahan juga. Kebanyakan gejala ekonomi tersebut mempunyai sifat musiman yang berakar pada gejala alam atau musiman yang diciptakan oleh manusia yang semuanya itu berulang tiap tahunnya. Perubahan-perubahan yang sifatnya musiman yang terjadi dalam perekonomian dalam negeri maupun luar negeri dengan sendirinya akan menimbulkan perubahan pada neraca pembayaran yang sifatnya juga musiman. Akan tetapi pada perubahan neraca pembayaran internasional yang mempunyai pola seasonal atau musiman ini pada umumnya tidak banyak menimbulkan masalah , sebab defisit neraca pembayaran pada bulan-bulan tertentu akan tertutup oleh surplus pada bulan-bulan lainnya.
b.      Disekuilbrium neraca pembayaran siklis
Disekuilibrium ini timbul karena akibat dari adanya gelombang kongjuntur yang terjadi dalam perekonomian dalam negeri atau yang terjadi dalam perekonomian negara lain.  C.P. kindleberger mengatakan bahwa tidak selalu gelombang konjungtur terjadi dalam suatu perekonomian akan mengakibatkan terjadinya cylical disequilibrium neraca pembayaran internasional apabila negara tersebut mempunyai elastisitas pendapatan yang sama, elastisitas harga yang sama, pola gelombang konjungtur yang sama dan gelombang konjungtur bekerja pada waktu yang bersamaan. Apabila semua itu tidak sama/berbeda maka akan terjadi cylical disequilibrium.
Solusi untuk mengatasi disekuilibrium siklis adalah dengan digunakannya kebijaksanaan-kebijaksanaan moneter atau fiskal. Dan juga untuk lembaga moneter dunia Internasional Monetary Fund akan memberikan bantuan dengan memberikan pinjaman untuk menutupi defisit neraca pembayaran yang sifatnya siklis.
c.       Disekuilibrium neraca pembayaran Struktural
Disekuilibrium ini timbul dari ketidakserasian antara perubahan-perubahan pada permintaan dan penawaran akan barang barang perdagangan internasional dengan perubahan pada penawaran faktor produksi. Beberapa penyebab  Structural Disequilibrium menurut Delbert a. snider  yaitu :Berkurangnya stok capital nasional yang sangat drastis mengurangi kapasitas produksi nasional, berubahnya pola produksi berubahnya pola permintaan berubahnya pola perdagangan berubahnya pola  aliran capital jangka panjang, perubahan perubahan dalam bidang kelembagaan

J.      PROSES PENYEIMBANGAN NERACA PEMBAYARAN
Proses penyeimbangan kembali neraca pembayaran meliputi penyeimbangan melalui perubahan pendapatan nasional, tingkat harga, tingkat kurs, tingkat bunga, dan melalui sektor moneter.
1.      Tingkat Harga
Neraca pembayaran yang surplus dapat menyebabkan bertambahnya uang yang beredar, sebaliknya neraca pembayaran defisit akan mengurangi jumlah uang yang beredar.  Pertambahan uang yang beredar menyebabkan kenaikan harga, dan sebaliknya berkurangnya uang yang beredar menyebabakan penurunan harga. Surplus neraca pembayaran akan meningkatakan jumlah uang yang beredar, harga naik dan inflasi yang akan mengakibatkan daya saing produsen dalam negeri menurun dibandingkan produsen luar negeri, hal ini akan meningkatkan impor daripada impor. Kenaikan impor dan penurunan ekspor keduanya bersama-sama mendorong berkurangnya surplus neraca pembayaran proses penyeimbangan ini akan berjalan terus menerus dengan surplus neraca pembayaran suatu negara dibarengi dengan derfisit neraca pembayaran negara asing. Jumlah uang yang beredar dinegara asing akan berkurang maka harga akan turun dan terjadi inflasi, berarti daya saing produsennya meningkat, terjadi peningkatan ekspor dan penurunan impor negara asing tersebut. Dapat disimpulkan bahwa gejala inflasi yang timbul oleh surplus neraca pembayaran bertendensi balik menghilangkan surplus tersebut, demikian juga deflasi yang timbul akan bertendensi balik untuk menghilangkan defisit.
2.      Tingkat Kurs
Dalam penyeimbangan melalui tingkat kurs ini adalah devaluasi untuk defisit dan revaluasi untuk surplus. Keberhasilan devaluasi untuk menghilangkan atau mengurangi ketidakseimbangan tergantung pada elastisitas permintaan dan penawaran valuta asing.
3.      Sektor moneter
Pendekatan sektor moneter neraca pembayaran menganggap bahwa timbulnya ketidakseimbangan neraca pembayaran karena ketidakseimbangan portopolio yaitu saldo kas yang terjadi berbeda dengan saldo kas yang diinginkan masyarakat. Menyamakan saldo kas yang terjadi dengan yang diinginkan inilah yang menyebabkan timbulnya ketidakseimbangan neraca pembayaran dan berfluktuasinya kurs valuta asing. Ketidakseimbangan neraca pembayaran adalah semata-mata merupakan gejala moneter, oleh karena itu mengendalikan jumlah uang yang beredar dalam sistem kurs tetap tidak akan ada hasilnya. Mempengaruhi jumlah uang secara efektif akan dapat dilakukan dalam sistem kurs bebas, dalam penyeimbangan neraca pembayaran. Pengaruh timbal balik antara kebijaksanaan moneter dinegara-negara lain hanya akan berpengaruh kepada kurs dan tidak pada neraca pembayaran.


No comments:

Post a Comment